Kamis, 15 Juni 2017

Anak Anda Terkena Flu Singapur? Tak Perlu Panik


HFMD (Hand, Foot and Mouth Disease) atau yang kita dengan flu singapur adalah infeksi menular yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini biasanya menyerang anak balita, akan tetapi tidak menutup kemungkinan dewasa pun bisa terserang jika kondisi daya tahan tubuhnya sedang lemah. Virus ini muncul pada saat perubahan cuaca.

Saya akan sedikit menceritakan dan berbagi pengalaman tentang anak saya yang dua duanya pernah terjangkit virus ini. Anak pertama saya, dulu mengalami flu singapur pada usia 11 bulan, sekarang sudah 4 tahun. Sudah sekitar tiga tahun yang lalu melaluinya. Awalnya anak saya tidak nafsu makan, ternyata paginya anak saya demam. Kemudian, saya cek dengan menggunakan termometer suhunya cukup tinggi 38,6. Sambil nunggu praktek doktr anak di klinik, saya berikan obat penurun panas. Siangnya kulihat di tangan anakku itu ada bintik kecil menyerupai cacar. Kukira anakku kena cacar, setelah diperiksa doktr anak ternyata anakku didiagnosis flu singapur.

Sediiih rasanya, ko bisa ya penyakit flu singapur ada di Singaparna. Hehehe..
Cek lab ya bu, khawatir trombosit atau leukositnya tidak stabil "ujar dsa itu sambil menuliskan resep dan pengantar ke lab. Dengan rasa kasian lihat anak harus dimasukin jarum untuk diambil darah, dan ternyata hasilnya leukosit anakku tinggi. Saat itupun dsa merujuk untuk anakku dirawat di sebuah RS Swasta.

Pergilah kita ke RS yang dimaksud. Melihat anak harus dinfus dan diberikan antibiotik disitu saya merasa aneh. Anak kena virus, makan masih masuk tapi kenapa harus dirujuk ke RS dan diberikan antibiotik. Bukankah pemberian antibiotik itu kurang tepat jika sudah diketahui diagnosis anak terkena virus. Persoalan leukosit anak tinggi itu pasti karena jika anak sedang terkena infeksi secara otomatis leukositnya pasti tinggi.

Dua hari menginap di RS dan esoknya dibolehkan pulang karena sudah membaik dan leukositnya kembali normal. Alhamdulillah wa syukurillah bisa kembali ke rumah walaupun tetap dr RS dibekali segudang obat obatan untuk dikonsumsi anak. Ah, aku tak kasih obatnya secara sempurna karena anafsu makan anak sudah cukup baik dan bintik mulai menghilang.

Hal yang sama terjadi pada anakku yang kedua, anakku yang kedua terkena flu singapur usia 1 tahun. Ini lebih parah, karena tak masuk makanan sementara demamnya cukup tinggi sampai 39,5. Dokter anak semua tidak praktek karena hari libur. Tapi saya tetap coba berikan asi dan obat pereda demam. Asi pun dia tolak karena ada bintik di lidahnya. Kemudian ku cek dikaki ada bintik merah seperti cacar juga. Akhirnya aku berdiagnosis sendiri sepertinya ini anak flu singapur..hahaha..ku kasih madu walaupun tak masuk makan dan minum yang banyak dengan memakai sendok. Bintik dilidah saya olesi dengan kenalog yang kubeli dari apotik. Aku tak panik walaupun sebetulnya khawatir dengan panasnya yang cukup tinggi. Dengan kesabaran esoknya anakku tak demam lagi alhamdulillah walau seharian rewel tak mau makan, minum pun dipaksakan. Karena bintik merah masih ada akhirnya ku pergi ke dokter anak.

Dokter yang satu ini sangat rasional, saya suka. Jika anak tidak terkena bakteri, dia enggan untuk memberikan antibiotik. Bahkan seringkali kita pulang tak membawa obat, hanya konsultasi saja. Hehehe. Akhirnya no urut antrianku terpanggil.
Al razi, mangga lebet bu (silahkan masuk) "ucap seorang petugas klinik sambil memberikan kertas pendaftaran.
Kumasuki ruangan itu dan dokter pun bertanya "karaos naon putrana (apa yang dirasakan anaknya?)
Dok, sepertinya anak saya flu singapur karena ada bintik di kaki, mulut dan tangan "ucapku sambil so tau memaparkan diagnosanya. Setelah dicek ternyata...taraaaaaaa diagnosaku benar anakku terkena HFMD tapi sudah sembuh. Tak perlu cek lab apalagi dirawat dengan seperti kakaknya.

Betul apa kata pepatah, pengalaman adalah guru yang sangat berharga. Begitulah yang terjadi padaku, tak perlu panik semua insya allah jika dijalani dengan ikhlas dan kesabaran Allah pasti akan memberikan kesembuhan. Setelah eksplor seluruh dokter anak di Tasikmalaya, akhirnya saya pun menemukan sosok dokter anak yang rasional. Tidak memberikan sedikit sedikit obat, sedikit sedikit antibiotik. Semua sesuai dengan diagnosa penyakit.

Sudah begitu dulu ceritanya ya, semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar