Senin, 10 Oktober 2011

Peran Kaum Muda Jawa Barat


Kebangkitan Kaum Muda atau Ancaman Krisis Kaum Muda Jawa Barat
Oleh Neni Nur Hayati
Mahasiswi Pendidikan Kimia UIN Sunan Gunung Djati

    KAUM muda (pemuda) adalah generasi bangsa yang memiliki karakter khas dan tidak dapat dielakkan. Karakter yang dimaksud adalah kekuatan tekad, kreativitas pikiran sekaligus rasional, dan berjiwa kritis-revolusioner. Patut diakui pula kalau kaum muda memiliki banyak potensi dalam dirinya. Sejarah mencatat banyak fakta yang ditorehkan kaum muda. Seperti peristiwa demonstrasi 1966 yang dikenal dengan tritura (tiga tuntutan rakyat) yang berisi; turunkan harga, bubarkan PKI, dan jalankan UUD 45 dan pancasila secara murni dan konsisten. Tahun 1974 muncul peristiwa malari; aksi penolakan terhadap masuknya produk asing ke dalam negeri. Yang terhangat adalah tahun 1998 bergulirnya orde reformasi.
Maka tidak heran jika hari ini tema kepemimpinan kaum muda begitu asyik diperbincangkan. Mulai dari politisi, akademisi, sampai praktisi ikut membahas isu yang satu ini. Meningkatnya harapan akan kemunculan pemimpin muda, dengan sendirinya menghadirkan sikap kompetitif antara kaum muda dalam mengejar tahta kekuasaan. Selain dapat dijadikan sebagai bahan kebanggaan, hal ini patut pula untuk diwaspadai. Karena tidak menutup kemungkinan isu tadi menjadi “magnet” penarik minat kaum muda untuk berbondong-bondong terjun ke ranah politik.
      Kekhawatiran penulis muncul seiring tumbuhnya arus yang mengarahkan kaum muda ke ranah politik. Terbukanya kesempatan legislative yang dipilih langsung oleh rakyat secara terbuka. Menarik banyak aktivis muda kearah sana.. Mahasiswa, pengusaha, sampai artis berkantong tebal berduyun mendaftarkan diri. Benar kiranya apa kata beberapa pakar keilmuan. Bahwa satu-satunya perkara yang tidak membutuhkan dukungan keilmuan yang mumpuni adalah politik. Siapa banyak duit, sanggup membayar cost politic yang tidak murah. Ia bisa jadi pejabat meski tidak didukung dengan keilmuan yang mumpuni di bidangnya
Terkait dengan hal tersebut , Jawa Barat (Jabar), memiliki banyak pemuda dengan karakter yang telah disebutkan di atas. Yakni bertekad kuat, kreativitas pikiran sekaligus rasional, dan berjiwa kritis-revolusioner. Betapa tidak? Karena sumbangsih prestasi para pemuda Jabar begitu besar dalam mengharumkan nama baik Jabar. Baik yang diakui oleh masyarakat lokal, nasional, bahkan internasional.
Prestasi yang diukir melalui kepiawaian di dunia olah raga, sains dan teknologi, seni, dan politik selama ini. Boleh jadi suatu bentuk perwujudan dari kebesaran tekad, kreativitas pikiran, dan jiwa kritis-revolusioner yang dimiliki para pemuda. Di bidang olah raga, anak muda Jabar berhasil mengangkat nama baik tim voly ball, atlet pacuan kuda, beladiri, sampai pemanah ke level nasional bahkan internasional.
Begitu juga dibidang seni, Jabar tidak henti-hentinya melahirkan musisi dengan kualitas tinggi. Peterpan dan The Cangchuters patut dijadikan sebagai contoh. Selain musisi, Jabar memiliki sastrawan terkemuka yang dari tahun ke tahun silih berganti generasi. Dari kalangan tua kita memiliki sastrawan setingkat Ajip Rosidi, Ahdiat C Miharja, dan Memed sebagai ikon penyair yang menorehkan nama besar hingga manca Negara. Kini generasi itu digantikan oleh sederet nama dari kalangan muda seperti Acep Zamzam Noor, Soni Farid Maulana, dan Dipa Galuh Purba. 
Nah, supaya segudang prestasi yang disebutkan tidak mengalami kemunduran, selain perlu dipertahankan secara individual, juga perlu campur tangan pemerintah. Artinya pemerintah Jawa Barat perlu memperhatikan regenerasi yang siap melanjutkan prestasi yang telah diraih. Terpenting, pendampingan dan pembinaan kaum muda supaya talenta mereka lebih terarah dan terjauhkan dari hal-hal yang tidak diharapkan, negatif. Sebab bisa saja yang awalnya begitu dibanggakan dan diharapkan keberadaannya justru malah menjadi boomerang yang mencemarkan nama baik Jabar. Keberadaannya pun jadi tidak diharapkan.
SEANDAINYA boleh berangan-angan, alangkah indahnya apabila setiap prestasi yang diraih dan perkembangan talenta pemuda berpadu dengan moralitas positif secara harmonis. Dalam arti, setiap kemampuan, kreativitas pikiran, dan jiwa kritis-revolusioner setiap pemuda dilengkapi dengan sikap peduli akan kearifan terhadap diri pribadi, lingkungan, sosial, politik, pendidikan, dan seni-budaya.
 Jika terwujud, maka tidak akan pernah terdengar kabar miring yang amat memalukan. Di mana Jabar termasuk dalam daftar tempat peredaran barang haram (baca: Narkoba) terbesar di Indonesia. Contoh terhangat adalah di Indramayu yang ditemukannya jasad beberapa pemuda terkujur kaku sebab nyawanya direnggut miras. Kematian mereka pun sia-sia hanya karena pesta yang berlebihan.
Kasus di atas kiranya cukup sebagai indikasi bahwa kabar mengenai Jabar sebagai wilayah tempat peredaran barang haram terbesar itu benar adanya. Hal ini sedikitnya mencirikan bahwa pemerintah Jawa Barat belum maksimal dalam memeratakan tarap pendidikan warganya. Di sini penulis berasumsi bahwa para korban miras di Indramayu termasuk masyarakat berpendidikan rendah. Sehingga tidak berpikir panjang untuk berhati-hati disebabkan oleh ketidak tahuan korban akan zat kimia bila masuk ke dalam perut. Seperti Autan yang semestinya dioles di kulit malah diminum sebagai bahan oplosan miras.
Contoh ini hanyalah sebagian kecil yang mencemarkan nama baik Jabar. Meski kecil bukan berarti boleh dibiarkan begitu saja. Sebab dari yang kecil itulah kasus yang lebih besar akan muncul dan lebih memalukan lagi. Maka untuk membendungnya, pemerintah Jabar mesti bertindak tegas dan tanpa kompromi terhadap segala macam bentuk narkoba juga mengupayakan terbentuknya konvergensi talenta pemuda dengan moral sekaligus.
Gerbang awal untuk mewujudkan konvergensi talenta dan moral dapat dimulai sengan melakukan “sumpah kaum muda”. Dalam arti, karena Jabar merupakan wilayah yang dipimpin oleh kaum –relatif— muda, pemerintah harus siap memimpin warganya untuk bersumpah dalam arti menumbuhkan tekad yang kuat untuk melepaskan diri dari segala belenggu yang dapat menghancurkan potensi diri. Memerangi tawaran kenikmatan barang haram (narkoba) adalah yang paling penting. Karena barang haram itulah pemicu hilangnya rasa kepedulian diri akan lingkungan dan hubungan sosial lebih luasnya.
Sumpah kaum muda Jabar perlu dilakukan untuk mengadopsi spirit sumpah pemuda 28 Oktober 1928 yang menghasilkan kesatuan tekad pemuda Indonesia untuk keluar dari berbagai macam bentuk penjajahan. Hebatnya, spirit sumpah kaum muda waktu itu (28 Oktober 1928) sekaligus memborkar skat-skat etnis, ras, agama dan bahkan budaya sekalipun.
Spirit sumpah kaum muda itu kiranya dapat kita transform ke bentuk lain dengan esensi yang sama, memerangi berbagai ragam penjajahan yang membelenggu diri dan membahayakan lingkungan sekitar. Penjajah yang mesti diperangi adalah sifat serakah yang selalu ingin menguasai sesuatu yang bukan haknya. Seperti penyalahgunaan fungsi miras, memakan uang rakyat (Korupsi), menjual ruang hijau demi sekantung uang, menimbun beras subsidi dan lain sebagainya.
Peran pemuda untuk membangun Jawa Barat di antaranya dapat diaktualisasikan melalui organisasi kepemudaan. Selain menjadi sarana pembelajaran dalam bermasyarakat, organisasi kepemudaan tersebut bisa menjadi wadah untuk memberikan kontribusi dalam membangun daerah. Hal itu dikemukakan Kepala Dinas Pariwisata Budaya Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Bekasi, Edi Rochyadi ”Saatnya pemuda bangkit dan mengambil peran penting demi membangun dan memajukan Jabar," ucapnya.Dia menjelaskan, keberadaan organisasi kepemudaan dinilai semakin penting terutama di tengah era globalisasi ini.
Dengan kita melihat peran pemuda terutama di bidang seni dan budaya daerah sudah mulai luntur. Hal tersebut dikarenakan banyak di antara mereka yang meniru gaya  kebarat-baratan daripada merasa bangga dengan kebudayaannya sendiri seperti jaipong dan angklung. Ini mengakibatkan gempuran budaya Barat yang menampilkan hedonisme dan materialisme di balik kemajuan teknologi informasi, menjadikan masyarakat Jabar secara tidak sadar berpaling dari kebudayaannya.
            Melihat realita tersebut, peran organisasi pemuda haruslah  lebih nyata. Karena dengan adanya realita pada hari ini sunggulah sangat mengkhawatirkan. Misalnya saja apresiasi terhadap seni-seni tradisional, nyaris sudah tidak ada lagi. Membangun pemuda Jabar melalui organisasi kepemudaan Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) akan menjadi komitmen bersama untuk sama-sama membenahi sumber daya manusia yang ada pada hari ini.            
             Perlu diakui atau tidak, saat ini perlu ada adanya komitmen yang sangat kuat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada semua aspek dan aspek yang paling utama adalah pendidikan dan keterampilan. Kemudian jika hal  ini terus dikembangkan, sangatlah potensial. Apalagi dengan melihat Provinsi Jawa Barat secara geografis sangat dekat dengan Jakarta sebagai ibu kota negara, dengan segala macam aksesnya,.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar