JANGAN SEPELEKAN RADANG TENGGOROKAN PADA ANAK
Tepat tujuh hari pasca Idul Fitri 1438 H, anak kedua saya, baby ar mengalami demam yang sangat tinggi. Demam diketahui saat dia tertidur menjelang shubuh. Kemudian diterm, suhunya 38,8 terus naik sampai 39. Paginya, saya berikan obat pereda demam sanmol drop. Tapi demam tak kunjung reda, bahkan semakin naik. Tentu saja hati ini semakin gelisah tak karuan, dalam hati sudah penuh dengan pertanyaan yang tak bisa di ungkapkan. Memunculkan praduga dan prakira yang terjadi padanya.
Hingga akhirnya, tengah malam saya sempat melarikan diri ke UGD Klinik karena demamnya sudah mencapai 39,8. Kondisi anaknya saat itu sangat ceria, asupan makanan dan minuman seperti orang sehat. Apalagi minum susu selalu habis dan minta lagi minta lagi. Untung saja di UGD, ada dokter umum yang bisa on call jadi saat itu juga bisa mengecek kondisi anak saya. Seluruh organ diperiksa, pencernaaan, usus, lambung nyaris tak ada yang bermasalah. Ini hanya demam biasa. Mungkin bisa karena virus atau bakteri. Bisa saja anak mau flu karena bersin bersin terus. Tapi pikirku masa flu demamnya tinggi sekali. Tak pernah aku mengalami hal seperti ini sebelumnya. Akhirnya, dokter pun hanya memberikan obat flu yang mengandung pereda demam dam antibiotik. Khawatir demamnya ada pengaruh juga dari bakteri.
Sepulang dari UGD, demamnya masih tinggi tapi masih dalam batas skala yang mendekati normal 38,5. Sulit sekali anak ini saya kompres, karena aktif sekali dan lari lari. Istirahat pun harus saya paksa. Saat malam hari demam sempat sampai 40,5. Ini anak sangat kuat, kalau tidak kuat dengan demam tinggi anak bisa saja sampai kejang.
Keesokan harinya demam masih saja tak kunjung reda walau sudah diberi obat dari dokter, akhirnya kuputuskan untuk dibawa ke spesialis anak karena penasaran penyakit apa yang diderita oleh anak saya. Dokter anak menyampaikan bahwa anak saya terkena faringitis atau yang lebih kita kenal dengan radang tenggorokan. Dokter tak memberikan resep apapun, cukup dengan diteruskan obat dari dokter umum. Lega sekali rasanya hati, artinya tak ada sesuatu yang membahayakan.
Demam cukup reda dihari kedua tidak sampai 40 paling tinggi 39. Terus saja, dia makan dan minum saat demam jadi alhamdulillah tidak sampai dehidrasi. Malahan demam sudah mulai terus menurun sampai akhirnya kupikir ini akan sembuh dihari ketiga.
Hari ketiga sama sekali tak ada demam tinggi, cukup ku kasih madu tanpa obat pereda demam. Tapi menjelang malam hari, anakku panas lagi walau diterm hanya 38,2 paling tinggi. Dikonsultasikan dengan dokter, harus dilakukan pemeriksaan darah rutin khawatir ada DBD.
Hari keempat ku bawa ke lab untuk diperiksa darah dan hasilnya semua normal. Analisaku sih, hanya leukosit yang hampir mendekati batas ambang bawah. Dalam artian jumlah leukosit mendekati rendah dari jumlah yang seharusnya. Tapi katanya tak masalah. Ini sudah dipastikan hasil lab menunjukkan infeksi disebabkan oleh bakteri. Setelah kembali kontrol dengan dokter anak, akhirnya anakku mulai membaik dengan suhu tubuh paling tinggi 37,7.
Saya jadi ingat saat dulu masih sekolah sempat demam tinggi selamaa seminggu. Ternyata diagnosa dokter saya terkena faringitistonsil. Ya radang tenggorokan ya amandel bengkak. Cukup sudah penderitaan yang kualami..hik hiks lebay bangeeet ya.
Hari kelima alhamdulillah demam reda sudah 36,5. Semiga tak naik lagi. Dari berbagai macam pengalaman yang didiskusikan oleh teman, ternyata penyakit radang twnggorokan ini memang bukanlah hal yang spele. Karena demamnya akan lama dan tinggi. Maka tak heran jika kudapati anak yang dirawat dengan penyebab radang tenggorokan. Apa pencetusnya?bisa dari makanan dan rerutama daya tahan tubuh sedang lemah sehingga bakteri dan virus mudah masuk kedlaam tubuh.